{"id":2392,"date":"2021-02-11T11:15:00","date_gmt":"2021-02-11T04:15:00","guid":{"rendered":"https:\/\/develop.seminarijohnboen.sch.id\/?p=2392"},"modified":"2021-11-29T11:20:45","modified_gmt":"2021-11-29T04:20:45","slug":"pemanfaatan-kolong-timah-untuk-memajukan-pariwisata-bangka-belitung-oleh-noeldo-c-a-damanik","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/seminarijohnboen.sch.id\/pemanfaatan-kolong-timah-untuk-memajukan-pariwisata-bangka-belitung-oleh-noeldo-c-a-damanik\/","title":{"rendered":"Pemanfaatan Kolong Timah untuk Memajukan Pariwisata Bangka Belitung (Oleh Noeldo C.A. Damanik)*"},"content":{"rendered":"\n

Latar Belakang<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Bangka Belitung terkenal sebagai daerah penghasil timah terbesar di Indonesia. Bijih timah Bangka yang ditemukan tahun 1710 di Sungai Olim, Toboali, Pulau Bangka pengerjaannya dilakukan secara tradisional oleh penduduk dengan cara pendulangan dan mencangkul dengan sistem penggalian sumur atau sistem parit\/kolong.<\/p>\n\n\n\n

Keadaan menjadi berubah ketika Belanda datang dan mengambil alih penggalian timah dari tangan rakyat. Belanda lalu melakukan ekploitasi besar-besaran atas kekayaan Pulau Bangka. Eksplotasi atau penambangan timah secara besar-besaran tersebut oleh Belanda dan Inggris tanpa mengikutsertakan penduduk pribumi. Penguasaan pemerintah Belanda atas timah baru berakhir setelah tahun 1958 pemerintah melakukan nasionalisasi perusahaaan Timah.<\/p>\n\n\n\n

Pada era Soeharto, penambangan timah di Bangka Belitung dilakukan oleh satu perusahaan milik negara yaitu, PN Timah, serta satu perusahaan swasta, Kobatin. Namun sejak masa reformasi, pemerintah lokal memperoleh kekuatan lebih lewat desentralisasi daerah untuk mengelola aset wilayahnya sendiri. Kemudian pada saat itu pemerintah provinsi setempat membuka izin penambangan bagi puluhan perusahaan pertambangan lain yang ingin menambang timah di Babel.<\/p>\n\n\n\n

Pertambangan timah tidak hanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar saja. Banyak Tambang Inkonvensional (TI) yang dilakukan oleh masyarakat. Aktivitas TI terus menerus dilakukan masyarakat karena dapat menghasilkan uang dengan cepat dan tidak memerlukan keterampilan dan pengetahuan khusus. Penambangan rakyat ini dilakukan sebagai tumpuan ekonomi masyrakatnya.<\/p>\n\n\n\n

Aktivitas pertambangan timah yang terjadi di Provinsi Bangka Belitung menyisakan dampak ekologis yang memprihatinkan. Pengerukan timah yang tidak memperhatikan aturan akan merusak lingkungan alam. Artikel ini ingin membahas dampak akibat eksploitasi timah di Provinsi Bangka Belitung, serta bagaimana dampak-dampak tersebut dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata.<\/p>\n\n\n\n

II Pembahasan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

2.1 Proses Kegiatan Pertambangan Timah<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Kegiatan penambangan timah melewati beberapa proses. Pertama, eksplorasi. Eksplorasi merupakan kegiatan kajian dan analisa sistematis guna mengetahui seberapa besar cadangan biji timah yang terkandung. Dalam operasional kegiatan eksplorasi melibatkan beberapa komponen seperti pemetaan awal, sumur bor (mengambil sampel timah dengan teknik bor tanah), lab analisis, hingga pemetaan akhir geologis. Proses eksplorasi sangat menentukan berjalannya suatu proses penambangan timah.<\/p>\n\n\n\n

Kedua, penambangan. Proses penambangan timah alluvial menggunakan pompa semprot (gravel pump<\/em>). Setiap kontraktor melakukan kegiatan penambangan berdasarkan perencanaan yang diberikan oleh perusahaan. Penambangan timah darat menghasilkan wilayah sungai besar yang disebut dengan kolong\/danau. Kolong\/danau itulah merupakan inti utama cara kerja penambangan darat, karena pola kerja penambangan darat tergantung pada pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air dalam jumlah besar.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga, Pengolahan. Proses produksi logam timah dari bijinya melibatkan serangkaian proses yang terbilang rumit yakni pengolahan, persiapan material yang akan dilebur, proses peleburan, proses refining<\/em> dan proses pencetakan logam timah. Melalui proses tersebut bijih timah dapat ditingkatkan kadar timahnya untuk memenuhi persyaratan peleburan.<\/p>\n\n\n\n

Keempat, Peleburan. Proses peleburan merupakan proses melebur bijih timah menjadi logam Timah. Untuk mendapatkan logam timah dengan kualitas yang lebih tinggi, maka harus dilakukan proses pemurnian terlebih dahulu dengan menggunakan suatu alat pemurnian yang disebut crystallizer<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

2.2 Dampak Pertambangan Timah<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Kegiatan pertambangan timah tidak akan pernah bisa dipisahkan dari persoalan kerusakan lingkungan. Eksplorasi kegiatan pertambangan timah yang tidak memerhatikan lingkungan hidup dan tidak mengacu pada regulasi yang diatur pemerintah akan berimbas kepada rusaknya lahan sehingga membentuk lobang besar yang disebut \u2018kolong\u2019. Kolong merupakan kubangan besar yang terbentuk akibat pengerukan lahan yang telah selesai dan dibiarkan begitu saja tanpa dilakukan reklamasi. Padahal reklamasi perlu dilakukan agar struktur lahan dapat pulih kembali setelah rusak akibat kegiatan pertambangan. Bila kita lihat dari udara, penambangan timah darat selalu menimbulkan genangan air dalam jumlah besar seperti danau dan tampak berlobang-lobang besar.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan hasil penelitian    lapangan    yang    dilakukan    PT Tambang  Timah  tahun  2003,  jumlah  kolong pasca  penambangan timah di  wilayah Bangka dan Belitung sebanyak 887 kolong dengan luas 1.712,65  hektar, yang  terdiri  dari 544 kolong dengan luas 1.035,51  hektar  di  Pulau  Bangka, dan  sebanyak 343 kolong dengan luas 677,14 hektar di Pulau Belitung. Bila dilihat dari udara, akan sangat jelas terdapat banyak kubangan-kubangan bekas galian timah.<\/p>\n\n\n\n

Kolong-kolong juga berdampak pada kualitas dan kuantitas air. Air lubang tambang mengandung berbagai logam berat yang dapat merembes ke sistem air tanah dan dapat mencemari air tanah sekitar. Banyak kolong yang kandungan airnya bersifat asam dan berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

2.3 Potensi \u2018Kolong\u2019 Timah<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Eksploitasi biji timah baik secara legal maupun ilegal berdampak bagi lingkungan di sekitarnya. Galian yang tidak ditutup merusak struktur lahan dan mencemari lingkungan sekitar. Pada umumnya kolong yang berada dekat dengan permukiman dimanfaatkan warga sebagai sumber air. Bentuk kolong ini relatif mirip dengan danau. Hanya saja kolong memiliki tepi yang curam karena pengerukan tanah yang dilakukan sebelumnya. Kedalaman kolong tergantung dari seberapa besar kegiatan pertambangan timah sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Kolong-kolong timah ini dapat dimanfaatkan sebagai daerah wisata air. Kolong mempunyai potensi yang yang dapat dikembangkan lebih lanjut berdasarkan karakteristiknya masing-masing. Apabila kolong dikembangkan sebagai daerah wisata, kolong dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sendiri. Pengelolaan dan pengembangan kolong sebagai daerah wisata dapat menjadi sumber pemasukan bagi daerah. Kolong sebagai tempat wisata memiliki ciri khas tersendiri. Karena kolong adalah danau yang terbentuk akibat kegiatan pertambangan di masa lalu, bukan danau yang terbentuk dengan alami. Wisata kolong yang memiliki sisi historis dan karakteristik tersendiri mampu menarik wisatawan untuk  berwisata ke Bangka Belitung.<\/p>\n\n\n\n

2.3 Pemanfaatan Kolong Saat Ini<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Beberapa kolong saat ini sudah dimanfaatkan sebagai daerah wisata. Ternyata bekas galian tambang yang tidak direklamasi ini secara tidak langsung meninggalkan pemandangan yang indah. Kolong dapat menjadi wisata yang atraktif dengan ciri khas yang tidak dimiliki tempat wisata lain pada umumnya. Pengembangan daerah kolong menjadi daerah wisata ini sesuai dengan regulasi yang dikeluarkan pemerintah, yaitu Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Undang Undang ini menyatakan bahwa penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan pemanfaatan ruang\/lahan\/kawasan yang mampu mendukung pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.<\/p>\n\n\n\n

Danau Kaolin (Kulong Biru) <\/em>adalah kolong yang dimanfaatkan sebagai objek wisata. Kolong ini terletak di Desa Nibung, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah. Dahulu di sini merupakan lokasi pertambangan timah oleh PT Koba Tin. Namun sejak tahun 2010 lokasi ini ditinggalkan oleh perusahaan tanpa direklamasi. Lama kelamaan air dalam kolong tersebut berubah menjadi warna biru. Oleh karena itu, masyarakat setempat menamainya \u2018Danau\/Kolong Biru\u2019. Pesona dari Kolong Biru ini sangat menyegarkan mata. Air danaunya saja berwarna biru, <\/em>danau ini dikelilingi oleh gundukan-gundukan pasir berwarna putih yang membentuk bukit-bukit kecil. Pesona dan keindahan dari Kolong Biru ini telah menarik banyak pengunjung. Pada hari biasa, pengunjung bisa mencapai 100-200 orang. Sedangkan pada akhir pekan mencapai 500 orang. Bahkan karena pesonanya, Kolong Biru menerima penghargaan Destinasi Wisata Unik Terpopuler tahun 2019 dari Kementrian Pariwisata.<\/p>\n\n\n\n

Kabupaten Bangka Barat juga mempunyai bekas galian tambang yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata. Wisata \u2018Aek Biru\u2019, terletak di Aek Ketok Menjelang, Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok. Jarak tempuh dari ibukota Pangkalpinang kurang lebih 140 km, dan hanya dikenai biaya masuk sebesar Rp 10.000,00. Air di danau ini berwarna sangat biru, dan dikelilingi oleh bebatuan kapur. Pemandangan Aek Biru ini bisa dinikmati dari atas bukit yang ada. Pengelolaan Aek Biru sudah baik. Hal ini tampak dalam fasilitas yang tersedia, seperti terdapat tempat duduk warna-warni, perahu bebek, taman bunga, spot-spot foto, perahu kecil, warung makan, dan lahan parkir yang memadai.<\/p>\n\n\n\n

Danau Kaolin adalah adalah objek wisata bekas pertambangan kaolin yang terletak di Desa Air Raya, Tanjungpandan, Belitung. Letak Danau Kaolin ini tidak jauh dari pusat kota dan dekat dengan Bandara H.A.S. Hanandjoeddin. Galian ini juga membentuk danau. Sejauh mata memandang Danau Kaolin sangatlah mempesona. Airnya berwarna biru, serta terdapat timbunan pasir putih disekelilingnya membentuk undakan tanah. Air Danau Kaolin ini dapat berubah tergantung cuaca. Bila sedang cerah air danau akan berwarna biru, sedangkan jika sedang mendung air akan berwarna hijau. Di sekeliling danau terdapat penjual baru satam yang merupakan jenis batuan khas daerah Belitung.<\/p>\n\n\n\n

Danau Ampar (Red Hill) <\/em>adalah daerah wisata bekas tambang yang tergolong unik. Objek wisata ini terletak di Riding Panjang, Merawang, Kabupaten Bangka. Air danaunya berwarna biru kehijauan. Keunikannya terletak pada bukit yang mengelilinginya. Bila biasanya bukit-bukit itu berwarna putih, di Danau Ampar justru dihiasi bukit berwarna kemerehan. Pastinya pemandangan di danau ini sangat indah dan menawan.<\/p>\n\n\n\n

Lubang-lubang bekas galian tambang saat ini berubah menjadi objek pariwisata. Objek pariwisata ini tak banyak dijumpai di daerah lain selain di Bangka Belitung. Kekhasannya yang tak dimiliki tempat wisata lain adalah tempat-tempat wisata ini dulunya adalah tempat kegitan pertambangan. Namun setelah ditinggalkan menyisakan lubang-lubang besar. Perusahaan tidak melakukan reklamasi atas galian tambang ini. Lama kelamaan lubang-lubang ini membentuk danau, dan siapa sangka ternyata di kemudian hari bekas tambang ini menjadi objek wisata yang menakjubkan. Wisatawan yang berkunjung ke objek-objek wisata bekas galian tambang ini tidak hanya menikmati panorama yang disuguhkan ,tetapi juga mengetahui sisi historis dari tempat wisata ini.<\/p>\n\n\n\n

2.4 Upaya Mengembangkan Objek Wisata \u2018Kolong\u2019 di Bangka Belitung<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Untuk menarik dan menambah minat wisatawan dari dalam maupun luar daerah diperlukan beberapa upaya. Objek wisata \u2018kolong\u2019 di Bangka Belitung sebenarnya memiliki daya tarik tersendiri yang hanya dapat kita jumpai di Bangka Belitung. Pengembangan daerah wisata ini akan berpengaruh positif bagi perekonomian provinsi ini sendiri.<\/p>\n\n\n\n

Pertama, gencar melakukan promosi dan iklan dengan memanfaatkan media digital. Panorama dan keindahan dari objek-objek wisata ini dapat dipromosikan dengan memanfaatkan media sosial. Tetapi, pertama-tama harus dilakukan dokumentasi dengan unik dan kreatif terlebih dahulu guna membuat orang tertarik berkunjung ke Bangka Belitung. Dalam hal ini bisa bekerja sama dengan youtuber<\/em>, ataupun selebgram <\/em>asal Banga Belitung. Promosi semakin mudah karena youtuber<\/em>, ataupun selebgram <\/em>lokal ini memiliki banyak pengikut baik dari dalam derah maupun luar derah.<\/p>\n\n\n\n

Kedua, penyediaan fasilitas yang memadai. Pemerintah dapat menyediakan akomodasi maupun sarana dan prasarana yang memadai di objek wisata. Contohnya penyediaan toilet yang bersih, rumah makan, toko cinderamata, jasa transportasi, lahan parkir, dan lain-lain. Bila penyediaan fasilitas dapat dipenuhi, wisatawan akan mendapatkan pengalaman yang menyenangkan, nyaman, dan ingin untuk mengunjungi kembali obek wisata kolong ini.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga, libatkan masyarakat lokal. Terlibatnya masyarakat dalam pengelolaan objek wisata kolong ini juga  memberdayakan masyarakat setempat. Masyarakat dapat menjadi pemandu lokal. Masyarakat kiranya perlu diedukasi mengenai objek wisata setempat, terutama tentang sejarah kegiatan pertambangan yang pernah berlangsung di masa lalu. Masyarakat juga dapat membuka warung makan di sekitar daerah wisata. Rumah makan tersebut dapat menawarkan menu makanan khas Bangka Belitung seperti, lempah kuning, lakso, mie ayam bangka, lembah darat, otak-otak bangka, dan lain-lain. Dengan demikian masyarakat terbantu mendapat sumber pemasukan. Wisatawan luar daerah juga dapat berinteraksi dengan masyarakat setempat, dalam interaksi itu masyarakat bisa mengenalkan kebudayaan Bangka Belitung ke wisatawan luar daerah.<\/p>\n\n\n\n

III Penutup<\/strong><\/p>\n\n\n\n

3.1 Kesimpulan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Kegiatan pertambangan timah di Bangka Belitung memang mudarat dampaknya bagi lingkungan sekitar, terutama pada struktur tanah. Pengerukan yang mengakibatkan adanya kubangan besar merupakan konsekuensi dari kegiatan pertambangan. Lama kelamaan kubangan-kubangan bekas tambang itu membentuk sebuah danau. Ternyata danau bekas kegiatan pertambangan itu membentuk lanskap pemandangan yang indah. Kandungan tambang yang tersisa menjadikan air danau berwarna biru. Oleh karena itu bekas galian tambang yang ini sekarang bertransformasi menjadi daerah pariwisata. Kolong-kolong yang telah dimanfaatkan sebagai pariwisata ada Kolong Biru di Desa Nibung, Aek Biru di Muntok, Danau Kaolin di Belitung, dan Danau Ampar di Merawang. Kolong-kolong ini dapat menambah daya tarik destinasi wisata di Bangka Belitung. Dengan demikian akan menambah jumlah wisatawan ke Bangka Belitung<\/p>\n\n\n\n

3.2 Saran<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Kolong sebagai bekas galian timah sekarang mempunyai wajah baru. Keindahan panoramanya dan keunikannya telah mengubahnya menjadi salah satu tempat wisata unggulan di Bangka Belitung. Manfaatnya bisa kita rasakan, mulai dari banyaknya orang yang berkunjung ke Bangka Belitung dan sebagai sumber pendapatan bagi masyarkat sekitar.<\/p>\n\n\n\n

Pengolaan kolong ini perlu dikelola secara serius dan terencana. Kolong kiranya dapat menjadi perhatian pemerintah sebagai objek pariwisata unggulan. Oleh karena itu, anggaran daerah dapat digunakan untuk pengembangan pariwisata kolongi ini. Ketersediaan fasilitas, serta sarana dan prasarana yang memadai dapat menunjang kemajuan objek pariwisata ini. Pemerintah dapat menyusun informasi dan sejarah, serta dokumentasi objek pariwisata kolong ini. Hal ini sebagai salah satu cara untuk mempromosikan pariwisata kolong. Kemudian memberikan kemudahan aksesbilitas menuju tempat wisata kolong ini. Caranya dengan merbaikan jalan menuju objek wisata dan penyediaan jasa transportasi wisata.<\/p>\n\n\n\n

Harapannya tentu kolong-kolong ini menjadi objek pariwisata strategis dan unggulan di Bangka Belitung. Dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang terus ditingkatkan, serta promosi yang gencar dilakukan kiranya objek wisata kolong ini dapat dikenal luas oleh masyarakat internasional. Kunjungan dari masyrakat dalam maupun luar negeri dapat meningkatkan perekonomian Bangka Belitung. Tak lupa masyarakat juga dilibatkan,agar masyarakat sendiri menjadi masyarakat yang mandiri dan ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata di Bangka Belitung.<\/p>\n\n\n\n

Ket: (Penulis adalah siswa kelas XII SMAK Mario John Boen Pangkalpinang<\/em>)<\/p>\n\n\n\n

D<\/strong>aftar<\/strong> Referensi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Ariska, Aci. 2019. \u201cDampak Eksploitasi Tambang Timah di Bangka Belitung.\u201d<\/p>\n\n\n\n

https:\/\/www.teraslampung.com\/dampak-eksploitasi-tambang-timah-di-bangka belitung\/#:~:text=Akibat%20eksploitasi%20lahan%20untuk%20tambang,Bangka%20Belitung%20yang%20rusak%20parah.&text=Semua%20itu%20tentu%20saja%20akan,terbentuknya%20cekungan%2Dcekungan%20bekas%20penambangan<\/a>. Diakses pada 22 Oktober 2020.<\/p>\n\n\n\n

Binar. 2020. \u201c5 Danau Biru Kece di Bangka Belitung, Jangan Sampai Dilewatkan!.\u201d<\/p>\n\n\n\n

https:\/\/www.idntimes.com\/travel\/destination\/binar-restu-bumi\/5-danau-biru-kece-di-bangka-belitung\/5<\/a>. Diakses pada 23 Oktober 2020.<\/p>\n\n\n\n

Malaka, Teddy. 2019. \u201cWisata Bangka – Tiga Objek Wisata Danau Biru Sajikan Panorama<\/p>\n\n\n\n

Bekas Tambang yang Menakjubkan.\u201d https:\/\/bangka.tribunnews.com\/2019\/02\/18\/wisata-bangka-tiga-objek-wisata-danau-biru-sajikan-panorama-bekas-tambang-yang-menakjubkan?page=all<\/a>. Diakses pada 23 Oktober 2020.<\/p>\n\n\n\n

Martini, Rini. 2019. \u201cDanau Kaolin (Kulong Biru).\u201d<\/p>\n\n\n\n

https:\/\/bangkatengahkab.go.id\/berita\/detail\/kominfo\/danau-kaolin-kulong-biru<\/a>. Diakses pada 23 Oktober 2020.<\/p>\n\n\n\n

Nugraha, Ahmad Redho. 2020.  \u201cSejarah Tambang Timah Bangka, dari Masa Sriwijaya<\/p>\n\n\n\n

hingga PT Timah Tbk.\u201d https:\/\/duniatambang.co.id\/Berita\/read\/1248\/Sejarah-Tambang-Timah-Bangka-dari-Masa-Sriwijaya-hingga-PTTimah-Tbk<\/a>. Diakses pada 22 Oktober 2020.<\/p>\n\n\n\n

Pradipta, Lengga. 2018. \u201cPemanfaatan Kolong Bekas Tambang Timah untuk Pengembangan<\/p>\n\n\n\n

Pariwisata dan Peran Pemerintah Lokal Kabupaten Kepulauan Bangka Belitung.\u201d https:\/\/kependudukan.lipi.go.id\/en\/population-study\/human-ecology\/454-pemanfaatan-kolong-bekas-tambang-timah-untuk-pengembangan-pariwisata-dan-peran-pemerintah-lokal-kabupaten-kepulauan-bangka-belitung<\/a>. Diakses pada 22 Oktober 2020.<\/p>\n\n\n\n

Wahyudi, Bagus Achmad. 2010. \u201cProses Penambangan Timah Di Bangka Belitung.\u201d<\/p>\n\n\n\n

https:\/\/maulanusantara.wordpress.com\/2010\/12\/08\/proses-penambangan-timah-di-bangka-belitung\/<\/a>. Diakses pada 22 Oktober 2020.<\/p>\n\n\n\n

Wijaya, Taufik. 2019. \u201cBangka, Sejarah dan Situasi Panas Perebutan Timah.\u201d<\/p>\n\n\n\n

https:\/\/www.mongabay.co.id\/2019\/06\/20\/bangka-sejarah-dan-situasi-panas-perebutan-timah\/<\/a>. Diakses pada 22 Oktober 2020.<\/p>\n\n\n\n

Wikipedia. \u201cPulau Bangka.\u201d<\/p>\n\n\n\n

https:\/\/id.wikipedia.org\/wiki\/Pulau_Bangka#:~:text=dan%20Wan%20Serin.-,Penemuan%20timah%20dan%20VOC,perahu%20dari%20Asia%20maupun%20Eropa<\/a>. Diakses pada 28 Oktober 2020.<\/p>\n\n\n\n

Latar Belakang<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Bangka Belitung terkenal sebagai daerah penghasil timah terbesar di Indonesia. Bijih timah Bangka yang ditemukan tahun 1710 di Sungai Olim, Toboali, Pulau Bangka pengerjaannya dilakukan secara tradisional oleh penduduk dengan cara pendulangan dan mencangkul dengan sistem penggalian sumur atau sistem parit\/kolong.<\/p>\n\n\n\n

Keadaan menjadi berubah ketika Belanda datang dan mengambil alih penggalian timah dari tangan rakyat. Belanda lalu melakukan ekploitasi besar-besaran atas kekayaan Pulau Bangka. Eksplotasi atau penambangan timah secara besar-besaran tersebut oleh Belanda dan Inggris tanpa mengikutsertakan penduduk pribumi. Penguasaan pemerintah Belanda atas timah baru berakhir setelah tahun 1958 pemerintah melakukan nasionalisasi perusahaaan Timah.<\/p>\n\n\n\n

Pada era Soeharto, penambangan timah di Bangka Belitung dilakukan oleh satu perusahaan milik negara yaitu, PN Timah, serta satu perusahaan swasta, Kobatin. Namun sejak masa reformasi, pemerintah lokal memperoleh kekuatan lebih lewat desentralisasi daerah untuk mengelola aset wilayahnya sendiri. Kemudian pada saat itu pemerintah provinsi setempat membuka izin penambangan bagi puluhan perusahaan pertambangan lain yang ingin menambang timah di Babel.<\/p>\n\n\n\n

Pertambangan timah tidak hanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar saja. Banyak Tambang Inkonvensional (TI) yang dilakukan oleh masyarakat. Aktivitas TI terus menerus dilakukan masyarakat karena dapat menghasilkan uang dengan cepat dan tidak memerlukan keterampilan dan pengetahuan khusus. Penambangan rakyat ini dilakukan sebagai tumpuan ekonomi masyrakatnya.<\/p>\n\n\n\n

Aktivitas pertambangan timah yang terjadi di Provinsi Bangka Belitung menyisakan dampak ekologis yang memprihatinkan. Pengerukan timah yang tidak memperhatikan aturan akan merusak lingkungan alam. Artikel ini ingin membahas dampak akibat eksploitasi timah di Provinsi Bangka Belitung, serta bagaimana dampak-dampak tersebut dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata.<\/p>\n\n\n\n

II Pembahasan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

2.1 Proses Kegiatan Pertambangan Timah<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Kegiatan penambangan timah melewati beberapa proses. Pertama, eksplorasi. Eksplorasi merupakan kegiatan kajian dan analisa sistematis guna mengetahui seberapa besar cadangan biji timah yang terkandung. Dalam operasional kegiatan eksplorasi melibatkan beberapa komponen seperti pemetaan awal, sumur bor (mengambil sampel timah dengan teknik bor tanah), lab analisis, hingga pemetaan akhir geologis. Proses eksplorasi sangat menentukan berjalannya suatu proses penambangan timah.<\/p>\n\n\n\n

Kedua, penambangan. Proses penambangan timah alluvial menggunakan pompa semprot (gravel pump<\/em>). Setiap kontraktor melakukan kegiatan penambangan berdasarkan perencanaan yang diberikan oleh perusahaan. Penambangan timah darat menghasilkan wilayah sungai besar yang disebut dengan kolong\/danau. Kolong\/danau itulah merupakan inti utama cara kerja penambangan darat, karena pola kerja penambangan darat tergantung pada pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air dalam jumlah besar.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga, Pengolahan. Proses produksi logam timah dari bijinya melibatkan serangkaian proses yang terbilang rumit yakni pengolahan, persiapan material yang akan dilebur, proses peleburan, proses refining<\/em> dan proses pencetakan logam timah. Melalui proses tersebut bijih timah dapat ditingkatkan kadar timahnya untuk memenuhi persyaratan peleburan.<\/p>\n\n\n\n

Keempat, Peleburan. Proses peleburan merupakan proses melebur bijih timah menjadi logam Timah. Untuk mendapatkan logam timah dengan kualitas yang lebih tinggi, maka harus dilakukan proses pemurnian terlebih dahulu dengan menggunakan suatu alat pemurnian yang disebut crystallizer<\/em>.<\/p>\n\n\n\n

2.2 Dampak Pertambangan Timah<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Kegiatan pertambangan timah tidak akan pernah bisa dipisahkan dari persoalan kerusakan lingkungan. Eksplorasi kegiatan pertambangan timah yang tidak memerhatikan lingkungan hidup dan tidak mengacu pada regulasi yang diatur pemerintah akan berimbas kepada rusaknya lahan sehingga membentuk lobang besar yang disebut \u2018kolong\u2019. Kolong merupakan kubangan besar yang terbentuk akibat pengerukan lahan yang telah selesai dan dibiarkan begitu saja tanpa dilakukan reklamasi. Padahal reklamasi perlu dilakukan agar struktur lahan dapat pulih kembali setelah rusak akibat kegiatan pertambangan. Bila kita lihat dari udara, penambangan timah darat selalu menimbulkan genangan air dalam jumlah besar seperti danau dan tampak berlobang-lobang besar.<\/p>\n\n\n\n

Berdasarkan hasil penelitian    lapangan    yang    dilakukan    PT Tambang  Timah  tahun  2003,  jumlah  kolong pasca  penambangan timah di  wilayah Bangka dan Belitung sebanyak 887 kolong dengan luas 1.712,65  hektar, yang  terdiri  dari 544 kolong dengan luas 1.035,51  hektar  di  Pulau  Bangka, dan  sebanyak 343 kolong dengan luas 677,14 hektar di Pulau Belitung. Bila dilihat dari udara, akan sangat jelas terdapat banyak kubangan-kubangan bekas galian timah.<\/p>\n\n\n\n

Kolong-kolong juga berdampak pada kualitas dan kuantitas air. Air lubang tambang mengandung berbagai logam berat yang dapat merembes ke sistem air tanah dan dapat mencemari air tanah sekitar. Banyak kolong yang kandungan airnya bersifat asam dan berbahaya.<\/p>\n\n\n\n

2.3 Potensi \u2018Kolong\u2019 Timah<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Eksploitasi biji timah baik secara legal maupun ilegal berdampak bagi lingkungan di sekitarnya. Galian yang tidak ditutup merusak struktur lahan dan mencemari lingkungan sekitar. Pada umumnya kolong yang berada dekat dengan permukiman dimanfaatkan warga sebagai sumber air. Bentuk kolong ini relatif mirip dengan danau. Hanya saja kolong memiliki tepi yang curam karena pengerukan tanah yang dilakukan sebelumnya. Kedalaman kolong tergantung dari seberapa besar kegiatan pertambangan timah sebelumnya.<\/p>\n\n\n\n

Kolong-kolong timah ini dapat dimanfaatkan sebagai daerah wisata air. Kolong mempunyai potensi yang yang dapat dikembangkan lebih lanjut berdasarkan karakteristiknya masing-masing. Apabila kolong dikembangkan sebagai daerah wisata, kolong dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sendiri. Pengelolaan dan pengembangan kolong sebagai daerah wisata dapat menjadi sumber pemasukan bagi daerah. Kolong sebagai tempat wisata memiliki ciri khas tersendiri. Karena kolong adalah danau yang terbentuk akibat kegiatan pertambangan di masa lalu, bukan danau yang terbentuk dengan alami. Wisata kolong yang memiliki sisi historis dan karakteristik tersendiri mampu menarik wisatawan untuk  berwisata ke Bangka Belitung.<\/p>\n\n\n\n

2.3 Pemanfaatan Kolong Saat Ini<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Beberapa kolong saat ini sudah dimanfaatkan sebagai daerah wisata. Ternyata bekas galian tambang yang tidak direklamasi ini secara tidak langsung meninggalkan pemandangan yang indah. Kolong dapat menjadi wisata yang atraktif dengan ciri khas yang tidak dimiliki tempat wisata lain pada umumnya. Pengembangan daerah kolong menjadi daerah wisata ini sesuai dengan regulasi yang dikeluarkan pemerintah, yaitu Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Undang Undang ini menyatakan bahwa penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan pemanfaatan ruang\/lahan\/kawasan yang mampu mendukung pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.<\/p>\n\n\n\n

Danau Kaolin (Kulong Biru) <\/em>adalah kolong yang dimanfaatkan sebagai objek wisata. Kolong ini terletak di Desa Nibung, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah. Dahulu di sini merupakan lokasi pertambangan timah oleh PT Koba Tin. Namun sejak tahun 2010 lokasi ini ditinggalkan oleh perusahaan tanpa direklamasi. Lama kelamaan air dalam kolong tersebut berubah menjadi warna biru. Oleh karena itu, masyarakat setempat menamainya \u2018Danau\/Kolong Biru\u2019. Pesona dari Kolong Biru ini sangat menyegarkan mata. Air danaunya saja berwarna biru, <\/em>danau ini dikelilingi oleh gundukan-gundukan pasir berwarna putih yang membentuk bukit-bukit kecil. Pesona dan keindahan dari Kolong Biru ini telah menarik banyak pengunjung. Pada hari biasa, pengunjung bisa mencapai 100-200 orang. Sedangkan pada akhir pekan mencapai 500 orang. Bahkan karena pesonanya, Kolong Biru menerima penghargaan Destinasi Wisata Unik Terpopuler tahun 2019 dari Kementrian Pariwisata.<\/p>\n\n\n\n

Kabupaten Bangka Barat juga mempunyai bekas galian tambang yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata. Wisata \u2018Aek Biru\u2019, terletak di Aek Ketok Menjelang, Kelurahan Tanjung, Kecamatan Muntok. Jarak tempuh dari ibukota Pangkalpinang kurang lebih 140 km, dan hanya dikenai biaya masuk sebesar Rp 10.000,00. Air di danau ini berwarna sangat biru, dan dikelilingi oleh bebatuan kapur. Pemandangan Aek Biru ini bisa dinikmati dari atas bukit yang ada. Pengelolaan Aek Biru sudah baik. Hal ini tampak dalam fasilitas yang tersedia, seperti terdapat tempat duduk warna-warni, perahu bebek, taman bunga, spot-spot foto, perahu kecil, warung makan, dan lahan parkir yang memadai.<\/p>\n\n\n\n

Danau Kaolin adalah adalah objek wisata bekas pertambangan kaolin yang terletak di Desa Air Raya, Tanjungpandan, Belitung. Letak Danau Kaolin ini tidak jauh dari pusat kota dan dekat dengan Bandara H.A.S. Hanandjoeddin. Galian ini juga membentuk danau. Sejauh mata memandang Danau Kaolin sangatlah mempesona. Airnya berwarna biru, serta terdapat timbunan pasir putih disekelilingnya membentuk undakan tanah. Air Danau Kaolin ini dapat berubah tergantung cuaca. Bila sedang cerah air danau akan berwarna biru, sedangkan jika sedang mendung air akan berwarna hijau. Di sekeliling danau terdapat penjual baru satam yang merupakan jenis batuan khas daerah Belitung.<\/p>\n\n\n\n

Danau Ampar (Red Hill) <\/em>adalah daerah wisata bekas tambang yang tergolong unik. Objek wisata ini terletak di Riding Panjang, Merawang, Kabupaten Bangka. Air danaunya berwarna biru kehijauan. Keunikannya terletak pada bukit yang mengelilinginya. Bila biasanya bukit-bukit itu berwarna putih, di Danau Ampar justru dihiasi bukit berwarna kemerehan. Pastinya pemandangan di danau ini sangat indah dan menawan.<\/p>\n\n\n\n

Lubang-lubang bekas galian tambang saat ini berubah menjadi objek pariwisata. Objek pariwisata ini tak banyak dijumpai di daerah lain selain di Bangka Belitung. Kekhasannya yang tak dimiliki tempat wisata lain adalah tempat-tempat wisata ini dulunya adalah tempat kegitan pertambangan. Namun setelah ditinggalkan menyisakan lubang-lubang besar. Perusahaan tidak melakukan reklamasi atas galian tambang ini. Lama kelamaan lubang-lubang ini membentuk danau, dan siapa sangka ternyata di kemudian hari bekas tambang ini menjadi objek wisata yang menakjubkan. Wisatawan yang berkunjung ke objek-objek wisata bekas galian tambang ini tidak hanya menikmati panorama yang disuguhkan ,tetapi juga mengetahui sisi historis dari tempat wisata ini.<\/p>\n\n\n\n

2.4 Upaya Mengembangkan Objek Wisata \u2018Kolong\u2019 di Bangka Belitung<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Untuk menarik dan menambah minat wisatawan dari dalam maupun luar daerah diperlukan beberapa upaya. Objek wisata \u2018kolong\u2019 di Bangka Belitung sebenarnya memiliki daya tarik tersendiri yang hanya dapat kita jumpai di Bangka Belitung. Pengembangan daerah wisata ini akan berpengaruh positif bagi perekonomian provinsi ini sendiri.<\/p>\n\n\n\n

Pertama, gencar melakukan promosi dan iklan dengan memanfaatkan media digital. Panorama dan keindahan dari objek-objek wisata ini dapat dipromosikan dengan memanfaatkan media sosial. Tetapi, pertama-tama harus dilakukan dokumentasi dengan unik dan kreatif terlebih dahulu guna membuat orang tertarik berkunjung ke Bangka Belitung. Dalam hal ini bisa bekerja sama dengan youtuber<\/em>, ataupun selebgram <\/em>asal Banga Belitung. Promosi semakin mudah karena youtuber<\/em>, ataupun selebgram <\/em>lokal ini memiliki banyak pengikut baik dari dalam derah maupun luar derah.<\/p>\n\n\n\n

Kedua, penyediaan fasilitas yang memadai. Pemerintah dapat menyediakan akomodasi maupun sarana dan prasarana yang memadai di objek wisata. Contohnya penyediaan toilet yang bersih, rumah makan, toko cinderamata, jasa transportasi, lahan parkir, dan lain-lain. Bila penyediaan fasilitas dapat dipenuhi, wisatawan akan mendapatkan pengalaman yang menyenangkan, nyaman, dan ingin untuk mengunjungi kembali obek wisata kolong ini.<\/p>\n\n\n\n

Ketiga, libatkan masyarakat lokal. Terlibatnya masyarakat dalam pengelolaan objek wisata kolong ini juga  memberdayakan masyarakat setempat. Masyarakat dapat menjadi pemandu lokal. Masyarakat kiranya perlu diedukasi mengenai objek wisata setempat, terutama tentang sejarah kegiatan pertambangan yang pernah berlangsung di masa lalu. Masyarakat juga dapat membuka warung makan di sekitar daerah wisata. Rumah makan tersebut dapat menawarkan menu makanan khas Bangka Belitung seperti, lempah kuning, lakso, mie ayam bangka, lembah darat, otak-otak bangka, dan lain-lain. Dengan demikian masyarakat terbantu mendapat sumber pemasukan. Wisatawan luar daerah juga dapat berinteraksi dengan masyarakat setempat, dalam interaksi itu masyarakat bisa mengenalkan kebudayaan Bangka Belitung ke wisatawan luar daerah.<\/p>\n\n\n\n

III Penutup<\/strong><\/p>\n\n\n\n

3.1 Kesimpulan<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Kegiatan pertambangan timah di Bangka Belitung memang mudarat dampaknya bagi lingkungan sekitar, terutama pada struktur tanah. Pengerukan yang mengakibatkan adanya kubangan besar merupakan konsekuensi dari kegiatan pertambangan. Lama kelamaan kubangan-kubangan bekas tambang itu membentuk sebuah danau. Ternyata danau bekas kegiatan pertambangan itu membentuk lanskap pemandangan yang indah. Kandungan tambang yang tersisa menjadikan air danau berwarna biru. Oleh karena itu bekas galian tambang yang ini sekarang bertransformasi menjadi daerah pariwisata. Kolong-kolong yang telah dimanfaatkan sebagai pariwisata ada Kolong Biru di Desa Nibung, Aek Biru di Muntok, Danau Kaolin di Belitung, dan Danau Ampar di Merawang. Kolong-kolong ini dapat menambah daya tarik destinasi wisata di Bangka Belitung. Dengan demikian akan menambah jumlah wisatawan ke Bangka Belitung<\/p>\n\n\n\n

3.2 Saran<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Kolong sebagai bekas galian timah sekarang mempunyai wajah baru. Keindahan panoramanya dan keunikannya telah mengubahnya menjadi salah satu tempat wisata unggulan di Bangka Belitung. Manfaatnya bisa kita rasakan, mulai dari banyaknya orang yang berkunjung ke Bangka Belitung dan sebagai sumber pendapatan bagi masyarkat sekitar.<\/p>\n\n\n\n

Pengolaan kolong ini perlu dikelola secara serius dan terencana. Kolong kiranya dapat menjadi perhatian pemerintah sebagai objek pariwisata unggulan. Oleh karena itu, anggaran daerah dapat digunakan untuk pengembangan pariwisata kolongi ini. Ketersediaan fasilitas, serta sarana dan prasarana yang memadai dapat menunjang kemajuan objek pariwisata ini. Pemerintah dapat menyusun informasi dan sejarah, serta dokumentasi objek pariwisata kolong ini. Hal ini sebagai salah satu cara untuk mempromosikan pariwisata kolong. Kemudian memberikan kemudahan aksesbilitas menuju tempat wisata kolong ini. Caranya dengan merbaikan jalan menuju objek wisata dan penyediaan jasa transportasi wisata.<\/p>\n\n\n\n

Harapannya tentu kolong-kolong ini menjadi objek pariwisata strategis dan unggulan di Bangka Belitung. Dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang terus ditingkatkan, serta promosi yang gencar dilakukan kiranya objek wisata kolong ini dapat dikenal luas oleh masyarakat internasional. Kunjungan dari masyrakat dalam maupun luar negeri dapat meningkatkan perekonomian Bangka Belitung. Tak lupa masyarakat juga dilibatkan,agar masyarakat sendiri menjadi masyarakat yang mandiri dan ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata di Bangka Belitung.<\/p>\n\n\n\n

Ket: (Penulis adalah siswa kelas XII SMAK Mario John Boen Pangkalpinang<\/em>)<\/p>\n\n\n\n

<\/p>\n\n\n\n

Daftar<\/strong>\u00a0Referensi<\/strong><\/p>\n\n\n\n

Ariska, Aci. 2019. \u201cDampak Eksploitasi Tambang Timah di Bangka Belitung.\u201d https:\/\/www.teraslampung.com\/dampak-eksploitasi-tambang-timah-di-bangka belitung\/#:~:text=Akibat%20eksploitasi%20lahan%20untuk%20tambang,Bangka%20Belitung%20yang%20rusak%20parah.&text=Semua%20itu%20tentu%20saja%20akan,terbentuknya%20cekungan%2Dcekungan%20bekas%20penambangan<\/a>. Diakses pada 22 Oktober 2020.<\/p>\n\n\n\n

Binar. 2020. \u201c5 Danau Biru Kece di Bangka Belitung, Jangan Sampai Dilewatkan!.\u201d https:\/\/www.idntimes.com\/travel\/destination\/binar-restu-bumi\/5-danau-biru-kece-di-bangka-belitung\/5<\/a>. Diakses pada 23 Oktober 2020.<\/p>\n\n\n\n

Malaka, Teddy. 2019. \u201cWisata Bangka – Tiga Objek Wisata Danau Biru Sajikan Panorama Bekas Tambang yang Menakjubkan.\u201d\u00a0https:\/\/bangka.tribunnews.com\/2019\/02\/18\/wisata-bangka-tiga-objek-wisata-danau-biru-sajikan-panorama-bekas-tambang-yang-menakjubkan?page=all<\/a>. Diakses pada 23 Oktober 2020.<\/p>\n\n\n\n

Martini, Rini. 2019. \u201cDanau Kaolin (Kulong Biru).\u201d https:\/\/bangkatengahkab.go.id\/berita\/detail\/kominfo\/danau-kaolin-kulong-biru<\/a>. Diakses pada 23 Oktober 2020.<\/p>\n\n\n\n

Nugraha, Ahmad Redho. 2020.\u00a0 \u201cSejarah Tambang Timah Bangka, dari Masa Sriwijaya hingga PT Timah Tbk.\u201d\u00a0https:\/\/duniatambang.co.id\/Berita\/read\/1248\/Sejarah-Tambang-Timah-Bangka-dari-Masa-Sriwijaya-hingga-PTTimah-Tbk<\/a>. Diakses pada 22 Oktober 2020.<\/p>\n\n\n\n

Pradipta, Lengga. 2018. \u201cPemanfaatan Kolong Bekas Tambang Timah untuk Pengembangan Pariwisata dan Peran Pemerintah Lokal Kabupaten Kepulauan Bangka Belitung.\u201d\u00a0https:\/\/kependudukan.lipi.go.id\/en\/population-study\/human-ecology\/454-pemanfaatan-kolong-bekas-tambang-timah-untuk-pengembangan-pariwisata-dan-peran-pemerintah-lokal-kabupaten-kepulauan-bangka-belitung<\/a>. Diakses pada 22 Oktober 2020.<\/p>\n\n\n\n

Wahyudi, Bagus Achmad. 2010. \u201cProses Penambangan Timah Di Bangka Belitung.\u201d https:\/\/maulanusantara.wordpress.com\/2010\/12\/08\/proses-penambangan-timah-di-bangka-belitung\/<\/a>. Diakses pada 22 Oktober 2020.<\/p>\n\n\n\n

Wijaya, Taufik. 2019. \u201cBangka, Sejarah dan Situasi Panas Perebutan Timah.\u201d https:\/\/www.mongabay.co.id\/2019\/06\/20\/bangka-sejarah-dan-situasi-panas-perebutan-timah\/<\/a>. Diakses pada 22 Oktober 2020.<\/p>\n\n\n\n

Wikipedia. \u201cPulau Bangka.\u201d https:\/\/id.wikipedia.org\/wiki\/Pulau_Bangka#:~:text=dan%20Wan%20Serin.-,Penemuan%20timah%20dan%20VOC,perahu%20dari%20Asia%20maupun%20Eropa<\/a>. Diakses pada 28 Oktober 2020.<\/p>\n\n\n\n


\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Latar Belakang Bangka Belitung terkenal sebagai daerah penghasil timah terbesar di Indonesia. Bijih timah Bangka yang ditemukan tahun 1710 di…<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":2393,"comment_status":"closed","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[62],"tags":[64,67,63],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/seminarijohnboen.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/2392"}],"collection":[{"href":"https:\/\/seminarijohnboen.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/seminarijohnboen.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/seminarijohnboen.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/seminarijohnboen.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=2392"}],"version-history":[{"count":1,"href":"https:\/\/seminarijohnboen.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/2392\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":2394,"href":"https:\/\/seminarijohnboen.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/2392\/revisions\/2394"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/seminarijohnboen.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/media\/2393"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/seminarijohnboen.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=2392"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/seminarijohnboen.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=2392"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/seminarijohnboen.sch.id\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=2392"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}