PENGOLAHAN SAMPAH PLASTIK MENJADI NILAI GUNA DI TENGAH WAKTU KOSONG
Pangkalpinang,- Limbah plastik merupakan hal yang menjadi masalah di tengah masyarakat Indonesia saat ini. Bukan hanya Indonesia, bahkan seluruh dunia. Banyak masyarakat dalam berbagai Negara telah mengupayakan berbagai hal untuk mengolah limbah yang satu ini menjadi barang yang memiliki nilaiguna ataupun hal lainnya.
Dalam perkembangannya, siswa ataupun mahasiswa juga mulai mengembangkan berbagai ide yang terlintas di pikiran mereka terhadap limbah plastik yang menjadi sumber masalah utama terhadap kebersihan lingkungan.
Hal itu juga dilakukan oleh para seminaris yang berasal dari SMAK Seminari Menengah Mario John Boen Pangkalpinang, yang dimana untuk mengisi waktu luang, mereka memilih proyek yang dapat dikatakan belum pernah dilakukan sebelumnya.
“Wah ya iyalah, proyek besar ini.”, tukas Yulianto selaku pendamping kegiatan ini.
Kegiatan yang sedang berlangsung pada tanggal 11 Juni 2024 ini merupakan program yang diusulkan
oleh pihak tim kreatif sekolah, yang dimana berisikan kegiatan – kegiatan yang asalnya dari eskul yang
telah ada di sekolah tersebut, seperti jurnalistik, kriya, menulis, dan lain sebagainya.
Dalam kegiatan yang dilakukan oleh para seminaris adalah membuat sofa yang bentuknya seperti sofa
pada umumnya tetapi berbahan dasar kertas dan botol plastic yang mereka dapatkan dari lingkungan
sekolah, seminari dan tempat lainnya.
“Ini baru kami dapat 1 karung besar yang isinya ya botol plastic semua, mungkin beratnya adalah 8 kg an.
Tadi sih harganya sekitar 50 ribuan saya bayar ke pengepul sampah.”, lanjut Yulianto.
Menurut keterangan Yulianto sendiri, proyek ini terinspirasi dari sekolah lain (tak disebutkan
sekolah mana), dan menurutnya tentu hal ini akan menjadi daya dorong sendiri untuk para seminaris agar
dapat menggunakan sampah plastic dengan bijak, dan juga tentu hal ini dapat menyadarkan masyarakat
bahwa plastic berupa botol yang mereka buang, memiliki nilai guna, bahkan dapat menghasilkan uang
jika dimanfaatkan dengan baik.
Hal ini juga tentu dapat menghasilkan barang yang dimana barang tersebut tidak hanya menjadi
nilai estetika tetapi juga ada nilai guna di dalamnya.
“Target kami sih untuk proyek ini dapat menghasilkan sofa seperti pada umumnya dan pasti ada nilai
guna dong, bukan cuma nilai estetika nya aja. Kami akan coba meletakkan karya ini di kantor guru dahulu
sebagai uji coba di ruang tamu, dan jika hasilnya memuaskan, kami berpikir untuk memperbanyaknya,
tinggal alokasi waktu saja sih yang perlu di atur.”, terang Yulianto.
Lalu, menurut keterangan dari Yulianto, proyek yang dihasilkan tentu akan bertahan lama yang didukung
dengan berbagai alat perekat yang kuat, juga untuk memperindah sofa tersebut, pihak tim kriya akan
membuat sandaran yang dimana rencananya memang betul – betul seperti sofa pada umumnya ada busanya, ada kainnya, dan lain – lain sebagai faktor pendukung untuk membuat sofa tersebut lebih bagus lagi.
Bukan hanya itu, ternyata di balik kegiatan itu, Yulianto selaku pendamping eskul kriya memiliki
maksud lain, yaitu memancing perhatian tamu sekolah yang sering berdatangan untuk menemui pihak
yang ingin mereka temukan. Dengan memancing perhatian para tamu sekolah dengan hasil kriya berupa
sofa dari sampah botol plastic, tentu hal ini akan menjadi nilai positif juga untuk keberlangsung sekolah
SMAK Seminari Mario John Boen.
“Ya, yang saya harapkan sih ada hasil karya yang bisa kita dan seminaris tampilkan dari kegiatan ini, jadi
tidak kata sia – sia untuk waktu yang kosong ini, artinya harus ada karya yang dimana harus ada usaha
juga. Tentu hal ini memerlukan kerja sama dari berbagai pihak untuk mempercepat karya ini.”, kata
Yulianto untuk harapan dari kegiatan ini.
Dapat dilihat bahwa kesadaran siswa dari SMAK Seminari Mario John Boen ini cukup baik untuk
memanfaatkan limbah plastic yang dapat dikatakan mengganggu lingkungan sekitar. Ide dan kegiatan ini
dapat juga ditiru oleh sekolah ataupun universitas lain untuk ikut berpatisipasi dalam menekan
pengurangan sampah plastic di tengah masyarakat. Masalah ini kita yang membuat, dan kita juga harus
menyelesaikannya. Kita sebagai generasi muda harus ikut aktif dalam pengurangan sampah plastik ini.
Pewarta : Titus Herlambang (XI IS 2)